Monday, 28 March 2016

tugas 1: bahasa indonesia 2 (karya ilmiah dan karangan)

3. Bedakan karangan ilmiah apa saja, kemudian dari yang dibedakan berikan 1 contoh di harapkan hasil kreatifitas sendiri.

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. 
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah  bersifat metodis dan sistematis.Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses  pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli  bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya  bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan  populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan  pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

contoh karangan:

Tiap kelompok masyarakat tempat kita hidup memang memiliki penilaiannnya sendiri-sendiri atas apa yang benar dan salah, apa yang baik dan buruk, apa yang etis dan asusila. Terlebih kita sebagai orang Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, golongan, dan kepercayaan, pasti menganut berbagai macam nilai dan norma yang berbeda-beda.
Meski begitu, bukan berarti etika dan norma boleh kita abaikan dalam kehidupan kita masing-masing. JUSTRU hidup dengan etika adalah pertanda bahwa kita merupakan makhluk beradab.
Tiap kelompok masyarakat tempat kita hidup memang memiliki penilaiannnya sendiri-sendiri atas apa yang benar dan salah, apa yang baik dan buruk, apa yang etis dan asusila. Terlebih kita sebagai orang Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, golongan, dan kepercayaan, pasti menganut berbagai macam nilai dan norma yang berbeda-beda.
Meski begitu, bukan berarti etika dan norma boleh kita abaikan dalam kehidupan kita masing-masing. JUSTRU hidup dengan etika adalah pertanda bahwa kita merupakan makhluk beradab.
1. Maaf, Tolong, dan Terima Kasih
tiga kata ajaib ini nampaknya mulai pudar dalam kehidupan sehari-hari.

 2.  banyaklah mendengar ketimbang bicara

Pernah tidak kamu mengikuti sebuah rapat atau forum, dan banyak orang di situ berebut untuk berbicara? Begitulah manusia, sering sekali berebut untuk bicara paling banyak, berebut untuk paling didengar, berebut untuk terlihat paling pintar, berebut agar gagasannya yang paling dipertimbangkan, dan terus sebagainya.
Apakah mereka tidak bisa mendengarkan? Bisa! Namun sayangnya, saat seseorang mendengarkan argumen lawan bicaranya, ia mendengar hanya untuk menjatuhkan argumen orang tersebut, mencari titik lemahnya, mencari  celah dari tiap kata-kata yang keluar dari lawan bicaranya untuk kemudian dikritisi, dipersalahkan, dan lain sebagainya.
Jarang sekali ada orang yang mendengar untuk memahami maksud dari si lawan bicaranya secara menyeluruh dan kontekstual.
Jika kamu ingin bicaramu didengar, maka mulailah menjadi pendengar yang baik. Mendengarlah untuk memahami, bukan menjatuhkan atau mencari kelemahan kata-kata lawan.
Pahami argumentasi dan pola pikir orang secara kontekstual. Pada dasarnya, semua orang mempunyai pikiran, cara pandang, dan argumentasi yang unik, yang selalu bersumber dari pengalaman hidup personalnya masing-masing. Sehingga, apapun yang ada di benak seseorang, apapun yang dikemukakan seseorang dalam kata-kata, sudah semestinya didengar, dipahami, dan dihargai secara kontekstual dan bijak.
banyak mendengar bukan berarti tidak bicara sama sekali. Justru karena kita sering mendengar, maka argumen yang kita katakan pastilah berasal dari masukkan  banyak pemikiran dan sudut pandang yang kita dengar.
Kita telah berhasil mengambil sebuah kesimpulan yang ditarik  dengan mempertimbangkan banyak analisis. Pratis, argumenmu lebih matang ketimbang banyak orang!
Boleh saja kamu lebih banyak diam mendengar dan jarang bicara, tapi semua orang tahu, sekalinya kamu bicara, kamulah yang kata-katanya paling bijak!
Coba tanya dirimu sendiri, dalam tiap forum, pasti orang yang paling dihormati adalah  yang paling minim bicara namun banyak mendengar. Itulah cara menjadi pendengar dan pembicara yang bijak! Bertelinga dua, bermulut satu!